Discussion:
[ppiindia] Asvi: Sukarno Kembali Dituduh Dalangi G-30-S
Ananto pratikno.ananto@gmail.com [ppiindia]
2015-11-10 04:20:24 UTC
Permalink
Sukarno Kembali Dituduh Dalangi G-30-S

Oleh: Asvi Warman Adam



Di masa Orde Baru, Sukarno dituduh terlibat Gerakan 30 September 1965.
Bahkan perannya dalam sejarah berusaha direduksi atau dihilangkan.
Ketetapan MPRS No. XXXIII/1967 tentang pengalihan kekuasaan dari Sukarno
kepada Soeharto di dalam pertimbangannya menyebut bahwa Sukarno membantu
upaya G-30-S.


Pada era reformasi, Ketetapan itu berusaha dicabut dan pada akhirnya
dinyatakan einmalig—sudah terjadi. Karena konsideran Ketetapan masih
mengganjal, maka ada upaya untuk merehabilitasi nama baik Sukarno. Atas
prakarsa Taufik Kiemas ketika menjadi Ketua MPR, Sukarno diusulkan menjadi
pahlawan nasional pada 2012, walaupun telah diangkat sebagai pahlawan
proklamator pada 1986. Dengan menjadi pahlawan nasional, stigma negatif
produksi rezim Orde Baru bahwa Sukarno dituduh terlibat G30S itu bisa
hilang.


Namun, Oktober lalu, terbit buku Salim Haji Said, Gestapu 65: PKI, Aidit,
Sukarno, dan Soeharto. Buku itu menyimpulkan bahwa G30S terjadi karena
Sukarno ingin menculik Jenderal A. Yani (bukan membunuhnya). Hal itu
dilakukan untuk memecat Yani dan menggantinya dengan jenderal yang lebih
loyal terhadap Sukarno. Biro Khusus PKI membonceng saja, dan akibatnya
meletuslah G-30-S. Buku itu seakan mementahkan kembali upaya rehabilitasi
nama baik Sang Proklamator.


Salim adalah wartawan pemula surat kabar Angkatan Bersenjata, yang waktu
itu dipimpin Brigadir Jenderal Soegandi. Katanya, ia bertemu dengan
atasannya tersebut pada 30 September 1965 siang, sehingga banyak memperoleh
informasi. Bahkan pada sore hari tanggal 1 Oktober 1965 ia ikut ke RRI,
yang sudah dikuasai RPKAD.


Pada awal Oktober 1965, koran Angkatan Bersenjata melakukan kampanye hitam
terhadap kelompok kiri dengan memberitakan penyiksaan para jenderal,
termasuk pencungkilan mata mereka. Di kemudian hari, ternyata informasi itu
tidak benar. Apakah Salim juga mengetahui atau ikut menulis laporan yang
semacam itu?


Salim juga dekat dengan kolumnis Wiratmo Sukito. Wiratmo menjelaskan bahwa
pastor Pater Beek punya hubungan dengan CIA melalui Pater Laszlo Ladany,
rohaniwan Jesuit asal Hungaria yang tinggal di Hong Kong. Sebelum G-30-S
meletus, Beek, menurut Wiratmo, aktif membuat/ menyebarkan sejumlah bacaan
antikomunis yang dananya ditengarai dari CIA. Adapun Wiratmo, selain dekat
dengan Beek, banyak berhubungan dengan perwira di sekitar Jenderal Nasution.


Sebagai wartawan surat kabar militer, Salim juga diajak Sarwo Edhi dalam
operasi penumpasan PKI di Jawa Tengah dan menyaksikan korban pembunuhan
massal. Di antara Solo dan Boyolali, pasukan Sarwo Edhi berhenti karena ada
mayat seorang tokoh PKI tingkat kecamatan di tengah jalan. Salim melihat
mayat itu tertembak persis di kepala yang kemudian otaknya berhamburan di
sekitarnya. Di Purworejo juga ada penembakan. Seorang prajurit mengumpulkan
daun telinga mayat-mayat itu dan dijadikan cendera mata berupa kalung.


Menurut Salim, "Kisah berdarah yang amat tragis ini mungkin bisa
dihindarkan jika sekiranya Presiden Sukarno tidak merasa terpaksa harus
menyingkirkan Jenderal Ahmad Yani dengan cara daulat, yang ternyata dengan
mudah ditumpangi PKI. Informasi yang saya kumpulkan menunjukkan bahwa
Sukarno waktu itu memang sudah sangat kehilangan kepercayaan kepada Yani,
di satu pihak, di pihak lain, Sang Presiden juga tidak cukup kuat dan yakin
untuk begitu saja dengan cara normal menyingkirkan Panglima Angkatan Darat
itu" (hlm. 184-185). "Gagasan awal yang kemudian muncul dalam bentuk
Gestapu, bukan berasal dari Aidit, melainkan justru dari Sukarno sendiri.
Pemimpin PKI itu hanya menumpang dengan memanfaatkan gagasan Sang Presiden"
(hlm. 181).


"Teori" Salim ini muncul berdasarkan kisah Bambang Widjanarko dalam buku
The Devious Dalang, yang mengatakan bahwa, pada 4 Agustus 1965, Presiden
Sukarno memanggil Letnan Kolonel Untung untuk menerima perintah
melaksanakan rencana Presiden. Pengakuan Bambang merupakan berita acara
pemeriksaan Tim Pemeriksa Pusat Kopkamtib, yang sebetulnya merupakan
rahasia negara tapi diterbitkan di Belanda pada 1974.


Di dalam buku The Devious Dalang, sebetulnya terdapat informasi bertolak
belakang dengan "skenario 4 Agustus 1965", yaitu pembicaraan Sukarno dengan
Jenderal Mursyid pada 29 September 1965 bahwa Bung Karno akan mengganti
Yani sebagai Menteri Panglima AD dan menyerahkan pimpinan AD kepada
Mursyid. Pada 30 September 1965, pukul 8 pagi, menurut Djamin—sekretaris
pribadi Presiden—Sukarno telah menandatangani pengangkatan Mursyid sebagai
Menpangad.


Apakah The Devious Dalang sahih sebagai sumber penulisan sejarah? Bambang
mengaku dipaksa dalam interogasi tersebut. Maulwi Saelan, ajudan Presiden
dan Wakil Komandan Cakrabirawa, menyangkal pertemuan tanggal 4 Agustus
1965. Lagi pula, pada tanggal tersebut Sukarno terkena stroke ringan.
Seandainya pertemuan itu terjadi, dalam kondisi tersebut apakah ia masih
bisa memberi perintah? Jadi, Salim menyusun teori tentang Sukarno sebagai
dalang pertama G30S berdasarkan sumber yang lemah. []



TEMPO, 06 November 2015
Asvi Warman Adam | Sejarawan LIPI
--
http://harian-oftheday.blogspot.com/

"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."
Loading...